Nama : Marzuki, S.Pd.I
Nim : 1502521478
Lokal : 2 PAI B
Soal Final Test
MODEL PEMBELAJARAN PAI
Dr. Hj. Salamah, M.Pd
1.
Pernyataan tersebut menurut
pemahaman penulis adalah tentang
pentingnya pembelajaran PAI bagi peserta didik, pada hakikatnya pembelajaran
PAI itu menghendaki terjadinya perkembangan dan kemajuan manusia pada umumnya,
yang mampu menjadikan para peserta didik menjadi warga yang cerdas, jujur,
kompeten, berakhlak mulia dan memiliki iman dan takwa. terlebih khusus kepada
anak kecil, karena dari kecil sudah harus dibina dalam agama, maka pembelajaran
PAI sangat penting dan sangatlah diharapkan dapat bertahan karena melihat
situasi zaman sekarang, dapat mempengaruhi baik dari lingkungan keluarga,
masyarakat dan di sekolah. sehingga diharapkan generasi muda dari usia dini
bisa menjadi warga negara yang beriman,
bertaqwa, berakhlak mulia, produktif serta kretatif. Tetapi dilain pihak adanya
kesulitan bagi pendidik, seperti kemampuan guru, karakteristik kurikulum,
sarana dan fasilitas, serta kebijakan lainnya yang tak mendukung. maka dari itu
fungsi dari model pembelajaran PAI dapat setidaknya memberikan visi, cara , dan
inovasi lainnya dalam proses pembelajaran PAI. Dengan dukungan model
pembelajaran yang tepat diharapkan mampu mengatasi masalah kualitas manusia
Indonesia yang belum tercapai sepenuhnya sesuai dengan tujuan nasional.
2.
Ada dua macam model menurut para
ahli
a.
model desain bentuknya seperti rpp,
silabus dll, PPSI (kurikulum yang berorintasi pada materi) (pengembangan dan
pelayanan sistem intruksional) model pemprosesan informasi, misalnya oalah kognitif
dan termasuk kuntruktifis.
b.
model proses , adalah kegiatan
pembelajaran dll, interaksi sosial(tatap muka, teori respondesi sosial,
kooperatif(kerjasama dengan individu yg lainnya.
Adapun rumpun model :
1.
Interaksi sosial:
a.
Penentuan Kelompok (Herbert Telen
& John Dewey): perkembangan keterampilan untuk partisipasi dalam proses sosial
demokratis melalui penekanan yang dikombinasikan pada keterampilan-keterampilan
antar pribadi (kelompok) dan keterampilan-keterampilan penentuan akademik.
b.
Inkuiri sosial (Byron Massialas
& Benjamin Cox): pemecahan masalah sosial, terutama melalui penemuan sosial
dan penalaran logis.
c.
Metode laboratori (Bethel Maine):
perkembangan keterampilan antar pribadi dan kelompok melalui kesadaran dan
keluwesan pribadi.
d.
Jurisprudensial (Donald Oliver &
James P. Shaver): dirancang terutama untuk mengajarkan kerangka acuan
yurisprudensial sebagai cara berpikir dan penyelesaian isu-isu sosial.
2.
Pemrosesan Informasi
a.
Model Berpikir Induktif (Hilda
Taba): dirancang untuk pengembangan proses mental induktif dan penalaran
akademik/pembentukan teori.
b.
Model Latihan Inkuiri (Richard
Suchman): pemecahan masalah social, terutama melalui penemuan sosial dan
penalaran logis.
c.
Inkuiri Ilmiah (Joseph. J. Cshwab):
dirancang untuk mengajar system penelitian dari suatu disiplin, tetapi juga
diharapkan untuk mempunyai efek dalam kawasan-kawasan lain.
d.
Penemuan Konsep (Jerome Bruner):
dirancang terutama untuk mengembangkan penalaran induktif, juga untuk
perkembangan dan analisis konsep.
3.
Personal
a.
Pengajaran Non-Direktif (Carl
Rogers): penekanan pada pembentukan kemampuan untuk perkembangan pribadi dalam
arti kesadaran diri, pemahaman diri, kemandirian, dan konsep diri.
b.
Latihan Kesadaran (Firtz Perls
Willian Schultz): meningkatkan kemampuan seseorang untuk eksplorasi diri dan
kesadaran diri.
c.
Sinektik (William Gordon):
perkembangan pribadi dalam kreativitas dan pemecahan masalah kreatif.
d.
Sistem-sistem Konseptual (David
Hunt): dirancang untuk meningkatkan kekompleksan dan keluwesan pribadi.
4.
Modifikasi Tingkah Laku
a.
Manajemen kontingensi (B.F.
Skinner): fakta-fakta, konsep, keterampilan.
b.
Kontrol Diri (B.F. Skinner):
perilaku/keterampilan sosial.
c.
Relaksasi (santai) (Rimm &
Masters Wolpe): tujuan-tujuan pribadi (mengurangi ketegangan dan kecemasan).
d.
Pengurangan Ketegangan (Rimm &
Masters Wolpe): Mengalihkan kesantaian kepada kecemasan dalam situasi sosial.[1]
Nah dari uraian
diatas dapat penulis simpulkan, bahwa dengan model-model pembelajaran ini diharapkan
akan mempermudah dalam kegiatan belajar mengajar. Dari beberapa model yang ada itu seorang
pendidik dapat memilih sesuai kebutuhan dan yang cocok serta mudah dipahami
oleh peserta didik.
3.
Landasan
filosofis
Secara filosofis, bahwa manusia adalah
makhluk berpikir yaitu dapat mengetahui, memahami, menggunakan, menganalisis,
mensintesa dan mengevaluasi. Selain itu, manusia juga makhluk yang dapat
menerima menyimpan, mengolah berbagai informasi dan memproduksinya kembali.
Bahkan manusia itu mampu melahirkan gagasan dan pemikiran yang baru dengan cara
memancing gagasan dan pemikirannya itu melalui pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan.[2]
Contohnya: munculnya teori-teori belajar yang baru dan mode pembelajaran yang
baru. Seperti model pembelajaran yang berpusat pada siswa, Itu menandakan para
siswa tidak hanya selalu bergantung pada peran guru dalam proses pembelajaran,
bahkan para siswa juga bisa belajar dari buku, jurnal ilmiah, internet dan
sebagainya. Sehingga menandakan perkembangan pola pikir manusia yang semakin
maju.
Landasan Psikologis
Secara psikologis, adanya berbagai
potensi psikologis ini memungkinkan manusia untuk didorong belajar secara
mandiri. Selain itu, adanya potensi psikologis ini, mengharuskan adanya
pendidikan yang dapat membina manusia seutuhnya. Yaitu, manusia yang bukan
hanya kognitifnya saja yang dibina, melainkan juga afektif dan psikomotoriknya,
atau seluruh kecakapan yang dimilikinya. Contohnya: harus ada diselenggarakan
atau dibangun sekolah-sekolah kejuruan dan sebagainya. Dari keadaan tersebut
mengharuskan adanya pendidikan yang holistik. Serta pemilihan model
pembelajaran yang relevan dengan kondisi jiwa si anak didik.
Landasan Sosiologis
Secara sosiologis, masyarakat saat
ini semakin menuntut sebuah perlakuan dan pelayanan dalam segala bidang,
termasuk bidang pendidikan yang makin adil, demokratis, transparan, cepat,
tepat, dan menyenangkan. Selain itu, secara sosiologis manusia adalah makhluk
yang membutuhkan interaksi dan sosialisasi dengan manusia lainnya dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidupnya. Sehingga berimplikasi terhadap pengembangan teori
belajar dan mode pembelajaran.[3]
Contohnya: dalam proses belajar tersebut tidak hanya didapatkan dari kalangan
mampu saja, melainkan dalam proses belajar tersebut dari kalangan kurang mampu
pun juga bisa. Dalam artian pendidikan dan cara belajar yang sama.
Nah dengan
demikian, pengembangan teori pendidikan dan pengembangan teori belajar serta
model pembelajaran tidak terlepas dari peran penting dari landasan filosofis,
psikologis dan sosiologis.
4.
Kalau menurut penulis model yang
tepat untuk mengembangkan pembelajaran PAI pada Madrasah di Indonesia adalah Model
Behavior, yakni model pembelajaran dengan penanaman nilai-nilai
terhadap peserta didik melalui cara pembiasaan. Hal ini sejalan dengan pendapat
Mawardi model yang tepat dalam mengembangkan pembelajaran PAI di Madrasah
adalah Model Pembelajaran Nilai.[4]
Model pembelajaran nilai didasarkan pada pengembangan afektif dan nilai-nilai
komprehensif. Afektif atau sikap merupakan refleksi dari nilai (value)
yang sulit diukur, karena menyangkut kesadaran seseorang yang tumbuh dari
dalam. Nilai berhubungan dengan pandangan seseorang tentang baik dan buruk,
indah dan tidak indah, layak dan tidak layak, adil dan tidak adil, dan lain
sebagainya.[5]
Model pembelajaran berbasis nilai dianggap tepat karena merupakan suatu model
penanaman nilai kepada peserta didik yang diharapkan dapat berperilaku sesuai
dengan pandangan agama islam.
5.
Perbedaan model
kooperatif, integrated, berbasis masalah, dan inquiri:
a.
Model kooperatif adalah pembelajaran
yang lebih menekankan kerjasama di antara peserta didik di kelas.
b.
Model integrated adalah system pembelajaran
yang berpusat pada anak, proses pembelajaran mengutamakan pemberian pengalaman
langsung, serta pemisahan antar bidang studi yang tidak terlihat jelas.
c.
Model berbasis masalah adalah
pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah yang melibatkan
peserta didik dalam proses pembelajaran yang aktif, kolaboratif, berpusat pada
peserta didik, yang mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan
belajar mandiri .
d.
Model Inquiry adalah satu model
pembelajaran yang dikemas sedemikian rupa agar peserta didik mampu menemukan
pengetahuan atau konsep-konsep yang ada dalam mata pelajaran tertentu secara
mandiri melalui berbagai fenomena yang dipelajari.
Persamaaan model kooperatif, integrated, berbasis masalah, dan
inquiri:
Adalah sama-sama berpusat pada siswa (student-centered
approaches).
6.
Menurut penulis, Desain
Pembelajaran Brigs. Desain pembelajaran ini merupakan sebuah desain
pembelajaran yang memiliki ciri utama yakni tenaga pendidik yang memiliki
fungsi instruksional dalam sebuah kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran ini
pada umumnya adalah merupakan sebuah sistem pembelajaran yang memiliki tujuan
untuk menyelaraskan komponen pembelajaran yang terdapat di dalamnya seperti
tujuan yang akan dicapai dalam kegiatan pembelajaran agama Islam, strategi yang
digunakan oleh tenaga pendidik dalam memberikan materi pembelajaran pendidikan
agama Islam serta upaya melakukan evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran PAI
yang telah dilaksanakan. Desain pembelajaran Kemp. Desain
pembelajaran PAI yang dikembangkan oleh Kemp merupakan sebuah desain
pembelajaran siklus yang mana tersusun dalam sebuah sistem dan terdiri dari
beberapa komponen pembelajaran yang saling berkaitan. Di antaranya komponen
pembelajaran ini adalah hasil yang ingin dikehendaki, analisis tes, tujuan
khusus kegiatan belajar dan lain sebagainya yang masing-masing saling berkaitan
membentuk sebuah siklus. Model Gerlach dan Ely dalam kegiatan
pembelajaran PAI. Model pembelajaran yang satu ini memiliki ciri utama sebagai
suatu sistem yang mengembangkan perencanaan pembelajaran. Di antaranya beberapa
hal yang diperhatikan dalam desain pembelajaran ini adalah tujuan
instruksional, materi pembelajaran, kemampuan awal yang dimiliki oleh para
peserta didik, serta teknik dan strategi yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran.
7.
Kriteria penetapan isi pembelajaran
di antaranya meliputi:
Memiliki pendekatan pembelajaran.
Memiliki strategi pembelajaran.
Memiliki metode pembelajaran.
Memiliki teknik pembelajaran.
Memiliki taktik pembelajaran.
Memiliki model pembelajaran.
Yang harus mampu mengembangkan aqidah sebagai
landasan keberagamaan siswa dalam meningkatkan iman, takwa, dan akhlak mulia, mengembangkan
konsep keterpaduan antara ketercapaian kemampuan yang bersifat kognitif,
afektif, maupun psikomotorik. PAI bukan hanya bersifat hafalan, melainkan juga
praktik dan amalan, harus mampu mengajarkan agama sebagai landasan dasar dan
inspirasi siswa untuk mengembangkan bidang keilmuan dari semua matapelajaran
dan bahkan kajian yang diajarkan sekolah, PAI harus dapat menjadi landasan
moral dan etika sosial dalam kehidupan sehari-hari siswa.
8.
Hakikat pendidikan karakter tidak
bisa dilepaskan dari proses pendidikan itu sendiri. Pengertian pendidikan
seperti yang tersirat dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 adalah “Usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyaraka,t bangsa dan negara.
Proses pendidikan tidak bisa lepas
dari tujuan-tujuan pembentukan karakter peserta didik sebagaimana tersurat
dalam konsep-konsep tujuan pendidikan nasional, yakni: memiliki kekuatan
spiritual, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, dan akhlak mulia.[6]
Dalam perpektif agama islam, lingkup pendidikan karakter dilakukan dengan
melibatkan tiga potensi dasar yang dimiliki oleh manusia, yaitu’aqal, qalbu,
dan nafs. Serta ada beberapa ayat Al-Qur’an yang berhubungan dengan pendidikan
akhlak; Ar-Rum: 30:
óOÏ%r'sù y7ygô_ur ÈûïÏe$#Ï9 $ZÿÏZym 4
|NtôÜÏù «!$# ÓÉL©9$# tsÜsù }¨$¨Z9$# $pkön=tæ 4
w
@Ïö7s? È,ù=yÜÏ9 «!$# 4
Ï9ºs ÚúïÏe$!$# ÞOÍhs)ø9$# ÆÅ3»s9ur usYò2r& Ĩ$¨Z9$# w
tbqßJn=ôèt ÇÌÉÈ
Artinya:
Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah
atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada
peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui.
, An-Nahl: 125-126:
äí÷$# 4n<Î) È@Î6y y7În/u ÏpyJõ3Ïtø:$$Î/ ÏpsàÏãöqyJø9$#ur ÏpuZ|¡ptø:$# (
Oßgø9Ï»y_ur ÓÉL©9$$Î/ }Ïd ß`|¡ômr& 4
¨bÎ) y7/u uqèd ÞOn=ôãr& `yJÎ/ ¨@|Ê `tã ¾Ï&Î#Î6y (
uqèdur ÞOn=ôãr& tûïÏtGôgßJø9$$Î/ ÇÊËÎÈ ÷bÎ)ur óOçGö6s%%tæ (#qç7Ï%$yèsù È@÷VÏJÎ/ $tB OçFö6Ï%qãã ¾ÏmÎ/ (
ûÈõs9ur ÷Län÷y9|¹ uqßgs9 ×öyz úïÎÉ9»¢Á=Ïj9 ÇÊËÏÈ
Artinya:
125. serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya
dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
126. dan jika kamu memberikan balasan, Maka balaslah dengan Balasan
yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu akan tetapi jika kamu
bersabar, Sesungguhnya Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar.
9.
Pada dasarnya dari materi PAI yang
mencakup aspek kajian Aqidah Akhlak, Fiqih, Qur’an Hadits, dan Sejarah Islam.
Itu bisa menyesuaikan dengan desain model pembelajaran yang ada dan yang sesuai
dengan materi yang akan diajarkan.[7]
Dari kutipan diatas, penulis berpendapat bahwa mata pelajaran PAI juga memiliki
rumpun ilmu yang terpisah. Dengan demikian karakteristik, pun juga berbeda,
begitu pula dengan desain dan model pembelajaran yang disajikan juga sudah
pasti berbeda.
[1]
Rusman, MODEL-MODEL
PEMBELAJARAN Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2011), hal. 138-144
[2]
Amelie
Oksenberg Rorty, (ed.), Philosopehers on Education New Historical
Perspectives, (London and New York: Routledge, 1988), Hal. 10
[3] Jurnal Tarbiya
Vol. 1, No. 1, Abuddin Nata & Ahmad Sofyan, Pengembangan Desain Model
Pembelajaran PAI Berbasis Karakter Mulia Yang Holistik, Humanis, Emansipatoris,
dan Efektif, Juni 2014.
[4] Imam Mawardi, Pengembangan
Model Pembelajaran Untuk Meningkatkan Life Skills Peserta Didik, (Bandung:
Disertasi UPI, 2012).
[5] Wina Sanjaya, Strategi
Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Ed. I., (Jakarta:
Kencana, 2009), hal. 274
[6]
Sukadi, “Pendidikan Karakter Bangsa Berideologi
Pancasila”, dalam Budimansyah, D dan Kokom Komalasari (ed). Pendidikan
Karakter: Nilai Inti Bagi Upaya Membina Kepribadian Bangsa. (Bandung:
Wijaya Aksara, 2011), hal. 97.
[7]
Hidayat, Model
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berorientasi Pengembangan Karakter Bangsa,
Jurnal el-Hikmah Fakultas Tarbiyah UIN Malang, 2013.