Nama: Bahrul
Ilmi
NIM : 1502521485
Prodi :
Pendidikan Agama Islam (PAI)
Jawab:
1. Pernyataan
di atas menjelaskan tentang pentingnya Pembelajaran PAI (Pendidikan Agama
Islam) sebagai jantungnya pendidikan di
Indonesia dalam mengembangkan kualitas manusia di masa mendatang, sehingga
dalam mewujudkan itu perlu adanya kajian model pembelajaran PAI untuk
mengembangkan proses pembelajaran PAI tersebut.
2. Rumpun
model pembelajaran dibagi menjadi empat bagian, yaitu:
1).
Model pembelajaran pemrosesan informasi
Yaitu
menekankan pada cara siswa memproses informasi. Ada beberapa model
yang termasuk dalam pendekatan pembelajaran ini yaitu:
a. Model pemerolehan konsep oleh Jerome Brunner
b. Model berpikir induktif oleh Hilda
taba
c. Model Inquiry Training oleh Richard
Suchman
d. Model scientific Inquiry oleh Joseph
J. Schman
e. Model penumbuhan kognitif oleh Piaget, Freud,
Irving Silsel dan Kohlberg
f. Model
advance organizer oleh David Ausubel
Penjelasan:
a. Model pemerolehan konsep yaitu suatu pendekatan pembelajaran yang membantu siswa memahami konsep tertentu. model
pengajaran ini dapat digunakan di tingkat sekolah mulai darai Tk hingga ke jenjang
perguruan tinggi.[2]
b. Model pembelajaran berpikir induktif yaitu untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengolah informasi[3]
Ada
beberapa hal yang mendasari penegembangan konsep ini yaitu sebagai berikut:
1. Kemampuan berpikir dapat di ajarkan
2. Berpikir merupakan transaksi aktif antara individu
dengan data.
c. Model pembelajaran
Inquiry Training yaitu melalui lima tahapan: Tahap pertama siswa dihadapkan
pada situasi yang membingungkan teka-teki. Tahap kedua dan ketiga adalah
pengumpulan data untuk verifikasi dan eksperiment. Tahap keempat adalah tahap penjelasan peristiwa yang telah dialami
siswa. Tahap kelima menganalisa proses penelitian yang telah mereka lakukan.[5]
d. Model scientific inquiry untuk membantu siswa dalam
memecahkan masalah melalui suatu penelitian. Pengembangan model ini dalam proses
pembelajaran di lakukan melalui beberapa tahap:
1. Menyajikan area penelitian kepada siswa.
2. Siswa merumuskan masalah
3. Siswa mengidentifikasi masalah
e. Model penumbuhan
kognitif yaitu dilaksanakan dalam dua tahapan kelas. Pada fase pertama siswa di
hadapkan pada masalah yang membingungkan atau tidak logis. Situasi yang di
hadapkan harus sesuai dengan tahap perkembangannya. Fase kedua guru menyediakan
petunjuk untuk memecahkan penyimpangan maslah yang di hadapi. Model ini dapat di gunakan dalam
pengembangan aspek kognitif sosial siswa bahkan di gunakan dalam semua bidang
studi.[7]
f. Model advance organizer yaitu suatu
proses mengajar deduktif dalam memproses informasi yang di desain untuk
mengajarkan kumpulan isi yang saling berhubungan.[8]
g. Model memory yaitu untuk
mengembangkan kemampuan siswa menyerap dan mengintegrasikan informasi. Dalm model ini di lakukan
beberapa tahap:
1. Mencermati materi
2. Mengembangkan hubungan
3. Mengembangkan sensori image
2.) Model pembelajaran individu atau pribadi
Model ini di dasarkan pada asumsi bahwa seorang adalah sumber
pendidikan. Model-model dalam kelompok ini memusatkan perhatiannya pada
individu dan kebutuhannya. Dalam model ini akan di bahas tiga model mengajar yang berorentasi pada
individu yaitu:
a. Model pembelajaran
tidak langsung (non-directive learning) oleh Carl
Rogers
b. Model pembelajaran
pelatihan kesadaran (aweraness training) oleh Milliam Schutz
Penjelasan:
a. Model pembelajaran tidak langsung menekankan pada upaya memfasilitasi belajar. Tujuan utamanya adalah
membantu siswa mencapai integrasi pribadi,efektifitas, dan penghargaan
terhadap dirinya secara realistis. Peran guru dalam pembelajaran ini adalah sebagai fasilitator. Tahap yang dilakukan ialah:
1. Membantu siswa menemukan inti permasalahan yang di
hadapinya.
2. Guru mendorong siswa agar dapat mengekspresikan
perasaannya.
3. Siswa secara bertahap mengembangkan pemahaman
kesadaran dirinya.
4. Siswa melaporkan tindakan (berupa alternatif
pemecahan masalah yang telah diambil dari ketiga tahapan diatas tadi).[10]
b. Model pembelajaran pelatihan kesadaran yaitu merupakan suatu model mengajar yang
di tujukan untuk meningkatkan kesadaran manusia. Model ini
terdiri atas dua tahapan. Pertama penyampaian dan penyelesaian tugas, guru
memberikan pengarahan terhadap tugas yang akan diberikan dan bagaimana melaksanakannya. Kedua
diskusi atau analis tahap pertama siswa di minta untuk melakukan seauatu (berkaitan
dengan teori encounter) setelah itu mendiskusikanya.[11]
c. Model pembelajaran pertemuan kelas diciptakan agar siswa memiliki rasa saling menghargai satu sama lain, dan
juga mengajarkan siswa untuk menjadi pribadi yang disiplin karena dalam model
ini siswa dituntut untuk disiplin dalam proses belajar mengajar, siswa harus mematuhi aturan yang
telah di tetapkan secara bersama. Dalam model mengajar ini terdapat
enam tahapan yaitu:
1. Menciptakan iklim yang kondusif
2. Menyampaikan permasalahan diskusi
3. Membuat penilaian pribadi
4. Mengidentifikasi alternatif tindakan solusi
5. Membuat komitmen
6. Merencanakan tindak lanjut.
3). Model pembelajaran memodifikasi perilaku
Melalui teori ini siswa dibimbing untuk dapat memecahkan masalah
belajar melalui penguraian prilaku kedalam jumlah kecil dan berurutan.[12]
Yang termasuk dalam kelompok model pembelajaran ini yaitu:
a. Belajar tuntas (mastery learning)
b. Pengajaran langsung (direct learning)
c.
Simulasi
Penjelasan:
a. Belajar tuntas (mastery learning), pada prinsipnya belajar tuntas adalah aktifitas proses
pembelajaran yang yang bertujuan agar bahan ajar dapat dikuasai secara
tuntas oleh siswa.[13]
b. Pengajaran langsung (direct learning) yaitu merupakan suatu model pembelajaran dimana kegiatannya terfokus
pada aktifitas-aktifitas akademik. Tujuan utama model pembelajaran ini adalah
memaksimalkan penggunaan waktu belajar siswa.[14]
c. Simulasi yaitu guru mengontrol partisipasi siswa dalam dalam skenariao permainan
untuk menjamin bahwa kelebihan dan keuntungan dari model inibenar-benar
dicapai. Model ini dilakukan
dalam beberapa tahap yaitu tahap orientasi, tahap latihan peserta, dan tahap
proses simulasi.[15]
4). Model pembelajaran yang berorientasi pada interaksi social Yaitu
menitik beratkan pada hubungan yang harmonis pada individu. Yang termasuk dalam kelompok model ini
ialah:
a.
Model investigasi kelompok oleh John Dewey A. Thelen
b. Model bermain peran (role play)
Penjelasan:
a. Model investigasi kelompok strategi belajar kooperatif yeng menempatkan siswa ke dalam
kelompok untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik.
b. Model bermain peran (role play) merupakan salah satu model pembelajaran yang diarahkan pada upaya
pemecahan masalah-masalah yang berkaitan dengan hubungan antarmanusia (interpersonal
relation ship) terutama yang menyangkut kehidupan peserta didik. Dalam model pembelajaran ini siswa dituntut
untuk aktif dan ikut serta selama proses belajar mengajar berlangsung karena
semua siswa harus terlibat, dan secara tidak langsung membuat siswa yang
biasanya tidak aktif di kelas ikut menjadi aktif.[16]
3. Maksudnya ialah dengan berlandaskan kepada
landasan filosofis, psikologis dan sosiologis maka tujuan dari pendidikan atau
pembelajaran akan tercapai. Sebagai contoh ialah kurikulum.
a.
Landasan filosofis
Pendidikan
sebagai ilmu terapan, tentu saja memerlukan ilmu-ilmu lain sebagai penunjang,
di antaranya filsafat. Filsafat pendidikan pada dasarnya adalah penerapan dan
pemikiran-pemikiran filosofis untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan.
Menurut Redja Mudyahardjo (1989), terdapat tiga sistem pemikiran filsafat yang
sangat besar pengaruhnya dalam pemikiran pendidikan pada umumnya dan pendidikan
di Indonesia pada khususnya, yaitu : filsafat idealisme, realisme dan filsafat pragmatisme. Filsafat akan
menentukan arah kemana peserta didik akan dibawa. Filsafat
merupakan perangkat nilai-nilai yang melandasi dan membimbing ke arah
pencapaian tujuan pendidikan. Oleh karena itu, filsafat yang dianut oleh suatu
bangsa atau kelompok masyarakat tertentu atau bahkan yang dianut oleh
perorangan akan sangat mempengaruhi terhadap tujuan pendidikan yang ingin
dicapai. Kurikulum pada hakikatnya
adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan, karena tujuan pendidikan sangat
dipengaruhi oleh filsafat atau pandangan hidup suatu bangsa, maka tentu saja
kurikulum yang dikembangkan juga akan mencerminkan falsafah atau pandangan
hidup yang dianut oleh bangsa tersebut, oleh karena itu terdapat hubungan yang
sangat erat antara kurikulum pendidikan di suatu negara dengan filsafat negara
yang dianutnya.[17]
b. Landasan psikologis
Penerapan landasan psikologi dalam pengembangan
kurikulum, tiada lain agar upaya pendidikan yang dilakukan dapat menyesuaikan
dari segi materi atau bahan yang harus disampaikan, penyesuaian dari segi
proses penyampaian atau pembelajarannya, dan penyesuaian dari unsur-unsur upaya
pendidikan lainnya. Pandangan tentang anak sebagai makhluk
yang unik sangat berpengaruh terhadap pengembangan kurikulum pendidikan. Setiap
anak merupakan pribadi tersendiri, memiliki perbedaan disamping persamaannya.
Implikasi dari hal tersebut terhadap pengembangan kurikulum yaitu :
1) Setiap anak
diberi kesempatan untuk berkembang sesuai dengan bakat, minat dan kebutuhannya.
2) Di samping
disediakan pelajaran yang sifatnya umum (program inti) yang wajib dipelajari
setiap anak di sekolah, disediakan pula pelajaran pilihan yang sesuai dengan
minat anak.
3) Kurikulum
disamping menyediakan bahan ajar yang bersifat kejuruan juga menyediakan bahan
ajar yang bersifat akademik. Bagi anak yang berbakat di bidang akademik diberi
kesempatan untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan berikutnya.
4) Kurikulum
memuat tujuan-tujuan yang mengandung pengetahuan, nilai/sikap, dan keterampilan
yang menggambarkan keseluruhan pribadi yang utuh lahir dan batin.
Implikasi lain dari pengetahuan tentang anak
terhadap proses pembelajaran (actual curriculum) dapat diuraikan
sebagai berikut :
1) Tujuan
pembelajaran yang dirumuskan secara operasional selalu berpusat kepada
perubahan tingkah laku peserta didik.
2) Bahan atau
materi yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan, minat dan perhatian anak,
bahan tersebut mudah diterima oleh anak.
3) Strategi
belajar mengajar yang digunakan harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.
4) Media yang dipakai senantiasa
dapat menarik perhatian dan minat anak.
5) Sistem
evaluasi berpadu dalam satu kesatuan yang menyekuruh dan berkesinambungan dari
satu tahap ke tahap yang lainnya dan dijalankan secara terus menerus.[18]
c. Landasan sosiologis
Pengembangan
kurikulum yang hanya berdasarkan pada keterampilan dasar saja tidak akan dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat modern yang bersifat teknologis dan mengglobal. Pengembangan
kurikulum juga harus ditekankan pada pengembangan individu yang mencakup
keterkaitannya dengan lingkungan sosial setempat. Lingkungan sosial budaya
merupakan sumber daya yang mencakup kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Berdasarkan uraian di atas, sangatlah penting memperhatikan faktor kebutuhan
masyarakat dalam pengembangan kurikulum. Perkembangan masyarakat menuntut tersedianya
proses pendidikan yang relevan. Untuk terciptanya proses pendidikan yang sesuai
dengan perkembangan masyarakat maka diperlukan rancangan berupa kurikulum yang
landasan pengembangannya memperhatikan faktor perkembangan masyarakat.[19]
4. Menurut
saya model yang tepat dalam mengembangkan pembelajaran PAI pada madrasah di
Indonesia adalah model pembelajaran rekonstruksi sosial yang bertolak dari problem yang dihadapi dalam masyarakat. Model ini disamping
menekankan isi pembelajaran atau pendidikan juga sekaligus menekankan proses
pendidikan dan pengalaman belajar. Pendekatan rekonstruksi sosial berasumsi
bahawa manusia adalah sebagai makhluk sosial yang dalam kehidupannya selalu
membutuhkan manusia lain, selain hidup bersama, berinteraksi dan bekerja sama.
Isi pendidikan terdiri atas problem-problem aktual yang dihadapi dalam kehidupan nyata di masyarakat. Proses pendidikan atau pengalaman belajar peserta didik berbentuk kegiatan-kegiatan belajar kelompok yang mengutamakan kerja sama, baik antar peserta didik, peserta didik dengan guru dan dengan sumber-sumber belajar yang lain.
Isi pendidikan terdiri atas problem-problem aktual yang dihadapi dalam kehidupan nyata di masyarakat. Proses pendidikan atau pengalaman belajar peserta didik berbentuk kegiatan-kegiatan belajar kelompok yang mengutamakan kerja sama, baik antar peserta didik, peserta didik dengan guru dan dengan sumber-sumber belajar yang lain.
5. Perbedaannya yaitu terletak pada tujuan
yang ingin dicapai dalam suatu pembelajaran:
Kooperatif: Model pembelajaran ini memanfaatkan bantuan siswa lain untuk meningkatkan pemahaman
dan penguasaan bahan pelajaran
Integrated: Dalam model ini siswa lebih banyak
mengikuti serangkaian pengajaran guru, para penilaian tim, dan kuis.
Berbasis masalah: Dalam kelas
yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim
untuk memecahkan masalah dunia nyata
Inkuiri: suatu rangkaian kegiatan belajar yang
melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan
menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka
dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
Sedangkan persamaannya adalah lebih menekankan kepada siswa, guru hanya
sebagai fasilitator dan kegiatannya bersifat tim atau kelompok siswa.
6. Model desain
pembelajaran yang tepat untuk mata pelajaran PAI di sekolah ialah:
a. Model ROPES (Review, Overview, presentation, Exsercise, Summary) dengan
langkah-langkah sebagai berikut.
1). Review, kegiatan ini dilakukan dalam waktu 1 sampai 5 menit, yakni
mengukur kesiapan siswa untuk mempelajari bahan ajar dengan melihat pengalaman
sebelumnya yang sudah dimiliki oleh siswa dan diperlukan sebagai prerequisite
unuk memahami bahan yang disampaikan hari itu. Dalah hal ini diperlukan guru
harus yakin dan tahu betul jika siswa sudah siap menerima pelajaran baru. Dan
jika guru mengetahui siswa belum menguasai pelajaran sebelumnya, maka guru
dengan bijak memberi kesempatan kepada siswa untuk memahami terlebih dahulu.
2). Overview, sebagai mana review, overview dilakukan tidak terlalu lama
yaitu berkisar antara 2 samapai 5 menet, guru menjelaskan program pembelajaran
yang akan dilaksanakan pada hari itu dengan menyampaikan isi secara singkat dan
strategis yang akan di gunakan dalam proses pembelajaran. Hal ini dilakukan
untuk memberi kesempatan pada siswa untuk menyampaikan pandangannya sehingga
siswa merasasenang dan merasa dihargai keberadaannya.
3). Presentation,tahap ini adalah merupakan inti dari proses kegiatan
belajar mengajar, karena disini guru sudah tidak memberikan
penjelasan-penjelasan singkat, akan tetapi sudah masuk pada proses telling
shoing, dan doing. Proses tersebut sangat diperlukan untuk meningkatkan
daya serap dan daya ingat siswa tentang pelajaran yang mereka dapatkan.
4). Exsercise, yakni suatu proses untuk memberikan kesempatan kepada siswa
mempraktekkan apa yang telah mereka pahami. Hal ini di maksudkan untuk
memberikan pengalaman langsung kepada siswa sehingga hasil yang dicapai lebih
bermakna.
5). Summary, dimaksudkan untuk memperkuat apa yang telah mereka fahami
dalam proses pembelajaran. Hal ini sering tertinggal oleh guru karena mereka
disibukkan dengan presentase, dan bahkan mungkin guru tidak pernah membuat
Summary ( kesimpulan) dari apa yang telah mereka ajarkan.
b. Model satuan pelajaran adalah merupakan istilah yang
dikenal sekarang dengan rencana mengajar atau persiapan mengajar. Secra
sistematis rencana pembelajaran dalam bentuk satuan pembelajaran adalah sebagai
berikut:
1). Identitas mata pelajaran.
2). Kompetensi dasar atau
indikator yang hendak dicapai.
3). Materi pokok.
4). Media yang akan digunakan
dalam pembelajaran.
5). Strategi pembelajaran atau tahapan-tahapan proses belajar-mengajar yaitu mengenai
kegitan-kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam berintraksi. Dengan
materi pembelajaran dan sumber belajar untuk menguasai kompetensi.[20]
7. Kriteria penetapan isi pembelajaran di
antaranya meliputi: memiliki pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran, metode
pembelajaran, teknik pembelajaran, taktik pembelajaran dan model pembelajaran,
yang harus mampu mengembangkan aqidah sebagai landasan keberagamaan siswa dalam
meningkatkan iman, takwa, dan akhlak mulia, mengembangkan konsep keterpaduan
antara ketercapaian kemampuan yang bersifat kognitif, afektif, maupun
psikomotorik. PAI bukan hanya bersifat hafalan, melainkan juga praktik dan
amalan, harus mampu mengajarkan agama sebagai landasan dasar dan inspirasi
siswa untuk mengembangkan bidang keilmuan dari semua mata pelajaran dan bahkan
kajian yang diajarkan sekolah, PAI harus dapat menjadi landasan moral dan etika
sosial dalam kehidupan sehari-hari siswa.
8. Hakikat
pendidikan karakter tidak bisa dilepaskan dari proses pendidikan itu sendiri.
Pengertian pendidikan seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 adalah “Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyaraka,t bangsa dan negara”.
Proses
pendidikan tidak bisa lepas dari tujuan-tujuan pembentukan karakter peserta
didik sebagaimana tersurat dalam konsep-konsep tujuan pendidikan nasional, yaitu memiliki
kekuatan spiritual, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, dan akhlak
mulia.[21]Dalam
perpektif agama Islam, lingkup pendidikan karakter dilakukan dengan melibatkan tiga
potensi dasar yang dimiliki oleh manusia, yaitu akal, qalbu, dan
nafs. Serta ada beberapa ayat Al-Qur’an yang berhubungan dengan pendidikan
akhlak; Ar-Rum: 30, An-Nahl: 125-126.
9. Pada
dasarnya dari materi PAI yang mencakup aspek kajian Aqidah Akhlak, Fikih, Al-Qur’an
Hadits, dan Sejarah Islam bisa menyesuaikan dengan desain model pembelajaran
yang ada dan yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan.[22]
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Azis Wahab, 2012, Metode dan Model-Model
Mengajar, Bandung: Alfabeta
Abdul Majid, 2007, Perncanaan Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosda Karya
Ansyar, Mohammad dan Nurtei, 1993, Pengembangan
dan Inovasi Kurikulum, Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan & Dirjen Dikti
Hamzah B. Uno, 2011, Model
Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara
Hidayat, 2013, Model Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam Berorientasi Pengembangan Karakter Bangsa,
Jurnal el-Hikmah Fakultas Tarbiyah UIN Malang
Kokom Komalasari (ed), 2011, Pendidikan Karakter: Nilai Inti Bagi Upaya Membina
Kepribadian Bangsa, Bandung:
Wijaya Aksara
Sofian
Amri dan Khoiru Ahmadi, 2010, Konstruksi
Pengembangan Pembelajaran, Jakarta: PT Prestasi
Pustakarya
Syaiful Sagala, 2012, Konsep dan
Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta
[4]Ibid
[13]Ainurrahman, op. cit, h. 168
[16]Sofian Amri dan
Khoiru Ahmadi, Konstruksi Pengembangan Pembelajaran, (Jakarta: PT Prestasi
Pustakarya , 2010), h. 194
[17]Ansyar,
Mohammad dan Nurtei, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, (Bandung: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan & Dirjen Dikti, 1993), h. 25
[21]Sukadi,
“Pendidikan Karakter Bangsa Berideologi Pancasila”, dalam Budimansyah, D dan
Kokom Komalasari (ed). Pendidikan Karakter: Nilai
Inti Bagi Upaya Membina Kepribadian Bangsa.(Bandung: Wijaya Aksara, 2011), hal.
97.
[22]Hidayat, Model
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berorientasi Pengembangan Karakter Bangsa,
Jurnal el-Hikmah Fakultas Tarbiyah UIN Malang, 2013.