MASALAH
DALAM PENELITIAN
(Pengertian, Kriteria, dan Sumber Masalah Penelitian)
A. PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
“Makna suatu
penelitian sangat ditentukan oleh sumbangannya dalam pemecahan suatu masalah (problem)”.[1]
Hal ini menunjukkan bahwa pemecahan masalah menjadi pedoman dasar dan rujukan
utama dalam setiap kegiatan penelitian itulah sebabnya seluruh laporan
penelitian selalu diawali dengan rumusan mengenai latar belakang masalah.
Penelitian dalam jenis apa pun akan selalu bertumpu dan
bersumber pada suatu masalah, karena penelitian tidak akan dapat terlaksana
jika tanpa masalah. Anselm Strauss & Juliet Corbin mengemukakan bahwa
merumuskan permasalahan penelitian bukanlah perkara mudah karena kita akan
berhadapan dengan dua pertanyaan mendasar yang sangat sukar untuk ditangani yaitu:
a.
Bagaimanakah
cara mendapatkan masalah yang layak untuk diteliti?
b.
Bagaimanakah
cara mempersempit permasalahan tersebut sehingga dapat diteliti?[2]
Berdasarkan hal diatas, maka memahami
karakteristik dari masalah dalam penelitian menjadi sangat urgen agar nantinya
tidak terjadi kekeliruan dalam merumuskan masalah dalam setiap kegiatan
penelitian.
2. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian
masalah?
b. Apa saja kriteria
masalah yang layak untuk diteliti?
c. Apa yang menjadi
sumber dalam masalah penelitian?
d. Bagaimana merumuskan masalah penelitian?
3.
Tujuan
a. Untuk mengetahui
tentang pengertian masalah.
b. Untuk mengetahui kriteria
masalah yang layak untuk diteliti.
c. Untuk mengetahui
sumber masalah penelitian.
d. Untuk mengetahui cara
merumuskan masalah penelitian.
B. PEMBAHASAN
1.
Pengertian Masalah
Menurut Sumadi
Suryabrata, masalah merupakan kesenjangan (gap) antara das Sollen dan das
Sein, yaitu adanya perbedaan antara apa yang seharusnya dan apa yang ada
dalam kenyataan, antara apa yang diperlukan dan apa yang tersedia, antara
harapan dan kenyataan.[3]
Basrowi & Suwandi
menyebutkan bahwa masalah adalah suatu keadaan yang bersumber dari hubungan
antara dua faktor atau lebih yang menghasilkan situasi yang membingungkan.[4] Faktor yang berhubungan
tersebut dalam hal ini mungkin berupa konsep, data empiris, pengalaman, atau
unsur lainnya.
Mendefinisikan
permasalahan berarti mendefinisikan keadaan yang masih dianggap kurang baik
yang perlu dibenahi.[5] Dari definisi-definisi
tersebut secara ringkas dapat dirumuskan bahwa masalah adalah kesenjangan
antara yang diharapkan dengan realita yang ada, kesenjangan antara cita-cita
dengan keadaan yang sedang berjalan, atau masalah juga bisa diartikan sebagai
kelangkaan cara-cara untuk mengatasi suatu kejadian sehingga diperlukan analisa
mendalam untuk merumuskan pemecahannya.
2.
Kriteria Permasalahan Penelitian
Penelitian selamanya akan selalu
bertumpu pada permasalahan atau masalah yang ingin diteliti. Namun kenyataan
menunjukkan bahwa tidak setiap orang dapat mengenali atau menemukan
permasalahan yang layak untuk diteliti. Banyak faktor yang mempengaruhi
seseorang dapat menyadari, merasakan, melihat, ataupun menemukan masalah, hal
ini sangat bergantung pada apakah orang itu mempunyai keahlian, pengetahuan,
atau minat khusus pada bidang yang ingin diteliti. Selain itu, tidak semua
masalah layak dijadikan pokok penelitian dan untuk menjadikan suatu masalah itu
dapat diteliti diperlukan berbagai pertimbangan.
Mohammad Ali mengemukakan lima
hal yang menjadi kriteria apakah suatu masalah itu layak untuk dijadikan pokok
penelitian sebagai berikut.
a. Baru
Masalah yang masih hangat atau
aktual dan masalah yang masih berlangsung serta mempunyai kaitan kepentingan
dengan situasi pada saat penelitian dilaksanakan adalah sangat layak untuk
diteliti. Hal ini disebabkan karena hasil dari penelitian itu diharapkan dapat
memecahkan masalah yang sedang dihadapi sehingga sangat bermanfaat untuk
perbaikan dan pengembangan sistem dari bidang yang diteliti.
Pengertian di atas tidaklah
menunjukkan bahwa penelitian hanya layak untuk masalah yang masih hangat saja
namun permasalahan yang terjadi di masa lampau pun juga layak untuk diteliti
jika memiliki kaitan erat dengan berbagai permasalahan yang sedang dihadapi
pada situasi kekinian misalnya melakukan penelitian perbandingan untuk dapat
merumuskan konsep yang baru.
b. Bernilai Praktis
Pelaksanaan penelitian
tentunya membutuhkan biaya, waktu, tenaga, dan pikiran. Jika hasil penelitian
tidak memiliki signifikansi yang berarti dalam menunjang kegiatan praktis maka
semuanya akan menjadi sia-sia. Itulah sebabnya masalah yang tidak bernilai
praktis tidak layak untuk diteliti.
c. Berada dalam batas
kemampuan peneliti
Apabila peneliti tidak
mempunyai kemampuan atau kecakapan dalam bidang yang ditelitinya maka sangat
besar kemungkinan analisis terhadap masalah akan menyimpang dan tidak terarah.
Kemampuan atau kecakapan tersebut meliputi kemampuan akademis, kesanggupan
tempat (kesanggupan untuk berada di lokasi penelitian), kemampuan pengadaan
sarana dan prasarana, kesanggupan biaya, kesanggupan waktu dan tenaga, dan
kemampuan pengadaan data.
d. Tidak mengundang
kekuatan (hambatan) sosial politik
Masalah yang bertentangan
dengan kebijaksanaan pemerintah, undang-undang yang berlaku ataupun adat
istiadat masyarakat setempat tidak layak untuk diteliti karena bisa jadi akan
mengundang kekuatan sosial maupun politik yang akan menghambat dan menyulitkan
proses penelitian.
e. Mempunyai sponsor
Salah satu kesulitan dalam
memilih masalah penelitian adalah memperolah lembaga yang mau mendukung atau
mensponsori secara penuh terhadap masalah yang ingin diteliti. Dukungan
tersebut bisa berupa pembiayaan atau orang ahli yang bersedia menjadi konsultan
penelitian yang akan membantu dalam seluruh proses kegiatan penelitian. Oleh
karena itu masalah yang layak untuk diteliti adalah masalah dimana ada lembaga
atau orang ahli yang bersedia mendukung penelitian yang dilakukan. [6]
Selanjutnya Ida Bagoes Mantra menyebutkan bahwa suatu masalah layak dan penting
untuk diteliti harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
a. Apakah benar masalah yang ditentukan itu belum
pernah dicari jawabannya (orisinalitas masalah)?
b. Apakah masalah yang
ditentukan itu benar-benar urgen dan penting untuk dipecahkan pada waktu
penelitian dikerjakan?
c. Apakah penelitian itu
memenuhi 5 macam kata ganti penanya secara teoritis: apa (what), dimana
(where), mengapa (why), bilamana (when), dan bagaimana (how)
(Filosofi Keilmuan)?
d. Apakah masalah yang
dipilih itu mempunyai relevansi dengan gerak pembangunan (relevansi manfaat
praktis)?
e. Apakah dana yang
tersedia cukup memadai untuk mencari jawaban masalah yang ditentukan itu
sehingga dapat menghasilkan suatu pengetahuan yang bulat (tersedianya dana).[7]
Sumadi
Suryabrata menjelaskan bahwa dalam pertimbangan memilih atau menentukan apakah
suatu masalah layak dan sesuai untuk diteliti pada dasarnya dilakukan dari dua
arah yaitu dari arah masalahnya dan dari arah calon peneliti.[8]
a.
Pertimbangan dari arah
masalahnya
Masalah
yang diteliti harus objektif dan memberikan sumbangsih terhadap pengembangan
teori pada bidang yang diteliti dan mampu memberikan pemecahan masalah yang
sedang dihadapi.
b.
Pertimbangan dari arah
calon peneliti
Suatu
masalah dikatakan layak untuk diteliti jika ia memiliki sifat managable,
hal ini dapat terlihat jika terpenuhinya lima komponen sebagai berikut.
1)
Biaya yang tersedia
2)
Waktu yang dapat digunakan
3)
Alat-alat dan perlengkapan
yang tersedia
4)
Bekal kemampuan teoritis
5)
Penguasaan metode yang
diperlukan
Setiap calon peneliti
harus secara total memperhatikan kriteria-kriteria sebagaimana tersebut di atas. Jika kriteria-kriteria tersebut tidak
terpenuhi maka sebaiknya memilih masalah yang lain sehingga menjadi sesuai
baginya.
3.
Sumber-Sumber
Masalah dalam Penelitian
Masalah dalam segala bentuk pengertiannya yang beragam
tentu selalu tersedia dan cukup banyak dalam berbagai bidang. Tinggallah calon
peneliti mengidentifikasinya secara serius untuk memilih dan merumuskannya
menjadi suatu pondasi awal dalam penelitian. Calon peneliti hendaknya peka
terhadap apa saja yang dapat dijadikan sebagai sumber untuk menemukan suatu
masalah.
Anselm Strauss & Juliet Corbin mengemukakan sumber
masalah penelitian dapat digali dari tiga hal sebagai berikut.
a.
Saran dari dosen, peneliti
senior, lembaga pemberi dana
Salah satu cara mendapatkan masalah
adalah meminta saran dari dosen atau peneliti senior. Cara ini cenderung
memperbesar peluang untuk memperoleh masalah yang layak dan relevan serta
bermanfaat untuk diteliti. Namun hal yang harus diperhatikan adalah saran dari
dosen atau peneliti senior tersebut harus ditinjau juga dari besarnya minat
kita untuk meneliti masalah yang disarankan karena hal ini sangat berpengaruh
nantinya dalam proses penelitian. Kurangnya minat bisa berakibat tidak baik
bahkan bisa menyebabkan kegagalan dalam penelitian (berhenti di tengah
jalan).
b.
Literatur teknis
Literatur semacam ini bisa merangsang
kita untuk menemukan suatu masalah penelitian. Untuk itu calon peneliti harus
banyak membaca dan menelaah literatur-literatur yang berhubungan dengan bidang
yang ingin diteliti hal ini dikarenakan dengan banyak membaca bisa memancing
rasa ingin tahu terhadap suatu hal. Begitu kita bertanya-tanya tanpa menemui
jawaban saat itulah permasalahan dapat kita temukan.
c.
Pengalaman pribadi dan
profesi
Dari pengalaman pribadi dan profesi
seringkali melahirkan motivasi yang kuat untuk menemukan solusi dari berbagai
permasalahan yang sedang dialami. Bagaimanapun, pijakan pengalaman dapat
meningkatkan peluang keberhasilan yang berharga bagi peneliti. [9]
Hal-hal lain yang dapat dijadikan sumber untuk menemukan
suatu masalah di antaranya adalah sebagai berikut.
a. Bacaan
Bahan bacaan terutama yang berisi
laporan hasil penelitian tentunya dapat dijadikan sumber inspirasi untuk
menggali masalah lebih lanjut. Hal ini dikarenakan bahwa hasil penelitian yang
baik akan selalu memberikan rekomendasi untuk penelitian lebih lanjut dan
mendalam dengan arah tertentu. Hal itulah yang menyebabkan ilmu pengetahuan
selalu mengalami kemajuan.
b. Seminar, diskusi, dan pertemuan ilmiah
Berbagai pertemuan ilmiah merupakan
sumber masalah penelitian yang sangat kaya. Hal ini dikarenakan pada umumnya
dalam pertemuan ilmiah para peserta mengemukakan berbagai persoalan yang sedang
dihadapi secara profesional sehingga ketajaman sebuah masalah lebih mudah untuk
dirumuskan dan digali pemecahannya melalui penelitian ilmiah.
c. Pernyataan pemegang otoritas
Berbagai pernyataan pemegang otoritas
baik dari kalangan pemegang otoritas dalam pemerintah maupun para ahli dalam
bidang masing-masing biasanya mengemukakan berbagai masalah dan kendala yang
dihadapi sehingga membuka ruang untuk dilakukannya penelitian. Misalnya
pernyataan Menteri Pendidikan Nasional mengenai rendahnya daya serap siswa
dalam mengikuti pembelajaran atau pernyataan rektor sebuah universitas tentang
kecilnya daya tampung perguruan tinggi yang dipimpinnya dan lain sebagainya.
Tentunya hal ini dapat dijadikan sebagai sumber masalah dalam penelitian.
d. Pengamatan sepintas
Tidak jarang terjadi ketika seseorang
calon peneliti ketika berangkat dari rumah tidak memiliki wacana terhadap suatu
masalah namun secara spontan ketika menyaksikan hal-hal tertentu yang
ditemuinya di lapangan timbullah di benaknya pertanyaan-pertanyaan yang
akhirnya terkristalisasi dalam masalah penelitian. Seringnya calon peneliti
untuk terjun langsung mengamati berbagai fakta di lapangan akan membuat calon
peneliti lebih peka menggali sumber masalah dalam penelitian
e. Pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi sering pula
menjadi sumber bagi ditemukannya masalah penelitian terutama dalam ilmu-ilmu
sosial. Melalui pengalaman yang dirasakan oleh calon peneliti lebih mudah
ditemukan berbagai masalah yang dirasa perlu untuk digali solusinya melalui
penelitian.
f. Perasaan intuaitif
Pertanyaan-pertanyaan tentang suatu
masalah tidak jarang muncul begitu saja sehingga secara intuitif calon peneliti
memiliki minat yang tinggi untuk mengetahui permasalahan secara mendalam.[10]
Apa pun sumbernya, masalah penelitian itu hanya akan
muncul atau dapat diidentifikasikan kalau calon peneliti memiliki kecakapan
secara teknis dan teoritis mengenai hal yang ingin digali sesuai dengan bidang
yang digelutinya. Tanpa adanya kecakapan tersebut sangat tidak mungkin sebuah
penelitian dapat dilakukan. Di samping itu, hal yang menunjang ditemukannya
suatu masalah bergantung pada besar kecilnya minat calon peneliti itu sendiri.
4.
Rumusan
Masalah Penelitian
Rumusan masalah berbeda dengan masalah, kalau masalah
itu merupakan kesenjangan antara yang diharapakan dengan yang terjadi, maka
rumusan masalah adalah merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan
jawabannya melalui pengumpulan data. Namun demikian terdapat kaitan erat
antara masalah dan rumusan masalah, karena setiap rumusan masalah
penelitian harus didasarkan pada masalah.[11]
Sumadi Suryabrata menjelaskan bahwa tidak ada aturan
umum mengenai cara merumuskan masalah itu, namun dapat disarankan hal-hal
sebagai berikut.
·
Masalah hendaknya
dirumuskan dalam bentuk kalimat Tanya
·
Rumusan
itu hendanya padat dan jelas
·
Rumusan itu
hendaklah memberi petunjuk tentang mungkinnya mengumpulkan data guna menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang terkandung dalam rumusan itu.
Sebagai ilustrasi di bawah ini disajikan beberapa
contoh,
·
Apakah mengajar
dengan metode diskusi lebih berhasil daripada mengajar dengan metode ceramah?
·
Apakah
mahasiswa yang tinggi nilai ujian masuknya juga tinggi indeks prestasi
belajarnya?
·
Apakah
mahasiswa Fakultas Ekonomi yang berasal dari program IPA berbeda prestasi
belajarnya dari mereka yang berasal dari program IPS?[12]
a.
Bentuk-bentuk
rumusan masalah
Dalam perumusan masalah perlu memperhatikan
bentuk-bentuk masalah, Sugiyono menyebutkan ada empat bentuk rumusan masalah
yaitu: rumusan masalah deskriptif, komparatif, asosiatif, dan masalah komparatif
asosiatif.
1)
Rumusan masalah
deskriptif
Rumusan Masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah
yang berkenaan dengan pernyataan terhadap keberadaan variabel mandiri, baik
hanya pada satu variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri). Penelitian
semacam ini selanjutnya dinamakan penelitian deskriptif. [13]
Contoh rumusan masalah deskriptif:
·
Seberapa
tinggi kinerja Kabinet Kerja Jokowi ?
·
Bagaimanakah
sikap masyarakat terhadap perguruan tinggi negeri berbadan hukum?
·
Seberapa
tinggi efektivitas kebijakan mobil berpenumpang tiga?
·
Seberapa tinggi
tingkat kepuasan konsumen dan apresiasi masyarakat terhadap
pelayanan pemerintah daerah di bidang kesehatan?
2)
Rumusan masalah
komparatif
Rumusan Masalah komparatif adalah rumusan masalah
penelitian yang membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau
lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda.
Contoh rumusan masalahnya sebagai berikut:
·
Adakah
perbedaan produktivitas kerja antara pegawai negeri, BUMN, dan swasta? (satu
variabel pada tiga sampel)
·
Adakah
perbedaan kemampuan dan disiplin kerja antara pegawai swasta nasional dan
perusahaan asing? (dua variabel pada dua sampel)
·
Adakah
perbedaan daya tahan berdiri pelayan toko yang berasal dari kota, desa dan
gunung? (satu variabel pada tiga sampel)
·
Adakah
perbedaan motivasi belajar dan hasil belajar antar murid yang berasal dari
keluarga Guru, Pegawai Swasta, dan Pedagang? (dua variabel pada tiga sampel)
·
Adakah
perbedaan kompetensi profesional guru dan kepala sekolah antara SD, SMP, dan
SLTA ? (satu variabel untuk dua kelompok, pada tiga sampel)
3)
Rumusan masalah
asosiatif
Rumusan masalah asosiatif adalah suatu rumusan masalah
yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Hubungan
tersebut bisa simetris, kausal, maupun hubungan timbal balik.
a)
Hubungan
simetris
Hubungan simetris adalah suatu hubungan antara dua
variabel atau lebih yang kebetulan munculnya bersamaan. Jadi bukan hubungan
kausal ataupun interaktif. Contoh:
·
Adakah
hubungan antara banyaknya semut dipohon dengan tingkat manisnya buah?
·
Adakah
hubungan antara jumlah payung yang terjual dengan jumlah kejahatan?
b)
Hubungan
kausal
Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab
akibat. Dalam hal ini ada variabel independen (Variabel mempengaruhi) dan
variabel dependen (dipengaruhi). Contoh:
·
Adakah
pengaruh sistem penggajian terhadap prestasi kerja?
·
Seberapa
besar pengaruh tata ruang kantor terhadap efisiensi kerja karyawan?
·
Adakah
pengaruh pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar anak? (pendidikan orang
tua merupakan variabel independen dan prestasi belajar merupakan variabel
dependen)
·
Seberapa
besar pengaruh kepemimpinan kepala SMK terhadap kecepatan lulusan memperoleh pekerjaan?
(kepemimpinan merupakan variabel independen dan kecepatan memperoleh pekerjaan
merupakan variabel dependen)
c)
Hubungan
timbal balik
Hubungan timbal balik atau interaktif adalah hubungan
yang saling mempengaruhi. Disini tidak diketahui mana variabel dependen dan
variabel independen. Contoh:
·
Hubungan
antara motivasi dengan prestasi. Disini dapat dinyatakan motivasi mempengaruhi prestasi
dan juga prestasi mempengaruhi motivasi.
·
Hubungan
antara kecerdasan dengan kakayaan. Kecerdasan dapat menyebabkan kaya, demikian
juga orang kaya dapat meningkatkan kecerdasan karena gizi terpenuhi.
4)
Rumusan Masalah
deskriptif-Asosiatif
Rumusan Masalah deskriptif-Asosiatif adalah rumusan
masalah yang menanyakan perbandingan korelasi antara dua variabel atau lebih
pada sampel atau popolasi yang berbeda. Contoh:
·
Adakah
perbedaan korelasi kualitas pelayanan dengan penjualan antara toko A dengan
toko B ?
·
Adakah
perbedaan pengaruh kepemimpinan terhadap disiplin pegawai antara lembaga
pemerintah dan swasta ?
C.
PENUTUP
Masalah adalah
kesenjangan antara yang diharapkan dengan realita yang ada, kesenjangan antara
cita-cita dengan keadaan yang sedang berjalan, atau masalah juga bisa diartikan
sebagai kelangkaan cara-cara untuk mengatasi suatu kejadian sehingga diperlukan
analisa mendalam untuk merumuskan pemecahannya.
Tidak semua masalah layak
dijadikan pokok penelitian dan untuk menjadikan suatu masalah itu dapat
diteliti diperlukan berbagai pertimbangan di antaranya masalah tersebut
merupakan masalah kekinian (baru/hangat), bernilai praktis, berada dalam batas
kemampuan peneliti (memiliki kecakapan teknis dan teoritis), tidak mengundang
kekuatan (hambatan) sosial politik, dan mempunyai sponsor.
Hal-hal yang dapat dijadikan sumber untuk menemukan
suatu masalah di antaranya adalah calon peneliti harus banyak membaca bahan
bacaan (terutama laporan hasil penelitian), sering mengikuti pertemuan ilmiah
(baik berupa diskusi, seminar dan lainnya), secara intens mengamati setiap
fenomena dan fakta yang berkembang di lingkungan yang ingin diteliti sehingga
dengan demikian akan membuat calon peneliti lebih peka dalam menemukan suatu
masalah penelitian.
Dalam perumusan masalah perlu memperhatikan
bentuk-bentuk masalah. Prof. Dr. sugiyono menyebutkan ada tiga bentuk rumusan masalah
yaitu: rumusan masalah deskriptif, komparatif, asosiatif, dan masalah komparatif
asosiatif.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad. Strategi Penelitian Pendidikan.
Bandung: Angkasa. 1993
Basrowi
& Suwandi. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.
2008
Mantra, Ida Bagoes. Filsafat
Penelitian & Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
2004
Strauss, Anselm & Juliet Corbin. Basic
Of Qualitative Research (Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif).
Terjemah: Muhammad Shodiq & Imam Muttaqien. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
2009
Sugiyono. Metode
Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan Kombinasi. Bandung: Alfabeta. 2011
Suryabrata,
Sumadi. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2010
[1]Ida Bagoes Mantra, Filsafat Penelitian & Metode Penelitian
Sosial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), h. 45
[2]Anselm Strauss & Juliet Corbin, Basic Of Qualitative Research
(Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif), Terjemah: Muhammad Shodiq &
Imam Muttaqien, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h.22
[3]Sumadi Suryabrata, Metodologi
Penelitian, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2010), h. 12
2010), h. 12
[4]Basrowi & Suwandi, Memahami
Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rineka Cipta,
2008), h. 66
2008), h. 66
[5]Ida Bagoes Mantra,Op.Cit., h.45
[6]Mohammad Ali, Strategi Penelitian
Pendidikan, (Bandung: Angkasa, 1993), h. 23-25
[7]Ida Bagoes Mantra, Op.Cit., h. 46
[9]Anselm Strauss & Juliet Corbin, Op.Cit., h. 22-25
[10]Sumadi Suryabrata, Op.Cit., h. 13-15
[11]Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan
Kombinasi, (Bandung: Alfabeta, 2011), h.58
[12] Sumadi Suryabrata, Op.Cit.,h. 17-18
[13] Sugiyono, Op.Cit.,, h.58