Taksonomi Pendidikan



A.    Arti Taksonomi Dan Kedudukan Taksonomi Dalam Pendidikan
1.      Pengertian Taksonomi
Kata taksonomi diambil dari bahasa Yunani “Tassein” yang berarti untuk mengelompokkan dan “Nomos” yang berarti aturan.[1] Taksonomi dapat diartikan sebagai pengelompokan suatu hal berdasarkan hierarki (tingkatan) tertentu. Di mana taksonomi yang lebih tinggi bersifat lebih umum dan taksonomi yang lebih rendah bersifat lebih spesifik.

Adapun definisi taksonomi menurut beberapa pakar dalam bidang pendidikan:
1.      Taksonomi menurut Briggs.
Taksonomi ini lebih mengarah pada karakteristik menurut stimulus atau rangsangan yang dapat ditimbulkan dari media itu sendiri, yaitu kesesuaian rangsangan tersebut dengan karakteristik siswa, tugas pembelajaran, bahan, dan tranmisinya. Briggs mengidentifikasi 13 macam media yang dipergunakan dalam proses belajar mengajar, yaitu: objek, model, suara langsung, rekaman audio, media cetak, pembelajaran terprogram, papan tulis, media transparansi, film rangkai, film bingkai, film, televisi dan gambar.
2.      Taksonomi menurut Gagne.
Gagne membuat 7 macam pengelompokan media, yaitu : benda untuk mendemonstrasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar gerak, film bersuara dan mesin belajar. Ke tujuh kelompok media ini kemudian dikaitkannya dengan kemampuannya memenuhi fungsi menurut tingkatan hirarki belajar yang dikembangkannya yaitu: pelontar stimulus belajar, penarik minat belajar, contoh perilaku belajar, memberi kondisi eksternal, menuntun cara berfikir, menilai prestasi, dan pemberi umpan balik.[2]
Taksonomi adalah suatu klasifikasi khusus yang berdasar data penelitian ilmiah mengenai hal-hal yang digolong-golongkan dalam sistematika tertentu. Dalam kamus besar bahasa Indonesia taksonomi adalah kaidah dan prinsip yang meliputi pengklasifikasian objek itu, taksonomi juga diartikan sebagai cabang ilmu biologi yg menelaah penamaan, perincian, dan pengelompokan makhluk hidup berdasarkan persamaan dan pembedaan sifatnya.
Dalam dunia pendidikan sering dijumpai mengenai istilah taksonomi. Taksonomi merupakan sebuah istilah dalam pengelompokkan ranah penilaian tujuan pendidikan. Kata taksonomi diambil dari bahasa Yunani yaitu Tassein yang berarti untuk mengklasifikasi dan Nomos yang berarti aturan. Taksonomi dapat diartikan sebagai klasifikasi berhirarki dari sesuatu, atau prinsip yang mendasari klasifikasi. Semua hal yang bergerak, benda diam, tempat, dan kejadian sampai pada kemampuan berfikir dapat di klasifikasikan menurut beberapa skema taksonomi.
Kata Pendidikan Juga berasal dari Bahasa yunani kuno yaitu dari kata “ Pedagogi “ kata dasarnya “ Paid “ yang berartikan “ Anak “ dan Juga “ kata Ogogos “ artinya “ membimbing ”. dari beberapa kata tersebut maka kita simpulkan kata pedagos dalam bahasa yunani adalah Ilmu yang mempelajari tentang seni mendidik Anak .
Secara bahasa definisi pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan yang sesuai prosedur pendidikan itu sendiri.
Pengertian pendidikan menurut para Ahli, sebelum kita mengambil pendapat para filosofi pendidikan dari orang barat, maka kita mengambil pengertian pendidikan berdasarkan apa yang di sampaikan oleh bapak pendidikan Nasional Indonesia Ki Hajar Dewantara, beliau telah menjelaskan tentang pengertian pendidikan sebagai berikut :
Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.
Dari beberapa definisi tentang taksonomi di atas, dapat kita tarik sebuah pengertian bahwa taksonomi merupakan pengklafikasian berdasarkan tingkatan-tingkatan tertentu. Lebih khusus lagi dalam dunia pendidikan, taksonomi adalah pengklasifikasian terhadap tingkat kemampuan peserta didik dalam mencapai tujuan belajar mengajar baik ditinjau dari aspek kognitif, afektif, dan juga psikomotor.
2.      Kedudukan Taksonomi Dalam Pendidikan
Dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional terutama pada pasal 3 menyebutkan secara jelas tentang tujuan pendidikan nasional Indonesia. Tujuan pendidikan secara nasional kemudian diterjemahkan lagi ke dalam tujuan sebuah lembaga pendidikan dan begitu seterusnya hingga tujuan-tujuan yang lebih khusus lagi pada tingkat yang lebih rendah. Wujud tujuan pendidikan dapat berupa pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap. Sehingga tujuan pendidikan  dapat dimaknakan sebagai suatu sistem nilai yang disepakati kebenaran dan kepentingannya yang dicapai melalui berbagai kegiatan, baik dijalur pendidikan sekolah maupun luar sekolah.
Kepentingan antara kegiatan belajar mengajar harus berlandaskan tujuan. Kesadaran para guru bahwa tujuan pelajaran harus dirumuskan sebelum proses belajar mengajar berlangsung. Proses pembelajaan di kelas merupakan inti dari kegiatan pendidikan di sekolah sebelum pelaksanaan pembelajaran guru perlu merumuskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Tujuan pembelajaran tersebut perlu lebih awal diinformasikan kepada siswa. Jadi, tujuan tersebut bukanlah sesuatu yang perlu untuk dirahasiakan. Apabila dalam pengajaran tidak disebutkan tujuannya, maka siswa tidak akan tahu mana pelajaran yang perlu dan yang tidak. Kepentingan hubungan ini dikemukakan oleh Scriven yang mengemukakan bahwa, harus ada hubungan erat antara:
a)      Tujuan kurikulum dengan bahan pelajaran;
b)      Bahan pelajaran dengan alat-alat evaluasi;
c)      Tujuan kurikulum dengan alat-alat evaluasi.
Untuk mencapai tujuan hasil belajar yang terarah maka diperlukanlah yang namanya taksonomi tujuan pendidikan. Taksonomi tujuan pendidikan adalah sebuah kerangka acuan untuk mengelompokkan kompetensi yang diharapkan tercapai oleh peserta didik sebagai dampak dari hasil sebuah pembelajaran. Taksonomi juga merujuk pada tujuan pembelajaran yang diharapkan agar dengan adanya taksonomi ini para pendidik dapat mengetahui secara jelas dan pasti apakah tujuan instruksional pelajaran bersifat kognitif, afektif atau psikomotor.
Jadi, fungsi utama taksonomi adalah bahwa taksonomi pendidikan digunakan sebagai acuan untuk menganalisis tujuan pembelajaran, kesesuaian bahan ajar dengan tujuan yang ingin dicapai, kesesuaian tujuan dengan evaluasi, dan kesesuaian bahan ajar dengan evaluasi. Sehingga berdasarkan taksonomi itu nantinya memberikan rambu-rambu yang jelas ketika menetapkan kata kerja dalam rumusan indikator pencapai hasil belajar yang nantinya akan dijadikan landasan oleh guru/pendidik dalam menyusun inetrumen evaluasi hasil balajar.
Ragam perbedaan setiap tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran akan berpengaruh pula terhadap model, metode, pendekatan yang akan diterapkan. Oleh karena itu, taksonomi secara kesuluruhan akan memberikan warna dan irama dalam kegiatan di kelas secara lebih bervariatif.



B.     Taksonomi Bloom
Benjamin S. Bloom (1913-1999) worked for over fifty years as an educational psychologist dedicated to developing ways of describing, assessing and encouraging higher-order thinking in children and adults.[3]
Taksonomi Bloom merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan. Taksonomi ini pertama kali disoleh Benjamin S. Bloom pada tahun 1956. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain (ranah, kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hirarkinya.
Tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu:
1.      Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.
2.      Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
3.      Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.[4]

C.    Taksonomi Anderson
Ketiga ranah dalam taksonomi Bloom ini bersifat linier, sehingga seringkali menimbulkan kesukaran bagi guru dalam menempatkan konten (isi) pembelajaran. Akhirnya tahun 1990 seorang murid Benjamin Bloom yang bernama Lorin W. Anderson melakukan penelitian dan mengasilkan perbaikan terhadap taksonomi Bloom, revisinya diterbitkan tahun 2001. Perbaikan yang dilakukan adalah mengubah taksonomi Bloom dari kata benda (noun) menjadi kata kerja (verb). Ini penting dilakukan karena taksonomi Bloom sesungguhnya adalah penggambaran proses berfikir. Selain itu juga dilakukan pergeseran urutan taksonomi yang menggambarkan dari proses berfikir tingkat rendah (low order thinking) ke proses berfikir tingkat tinggi (high order thinking).
Perbedaaan Taksonomi Bloom dan Anderson
Taksonomi Bloom
Perbaikan Taksonomi Bloom
Pengetahuan
Mengingat
Pemahaman
Memahami
Penerapan
Menerapkan
Analisis
Menganalisis
Sintesis
Menilai
Penilaian
Menciptakan

Selama masih menggunakan kata benda, orientasi pembelajaran adalah pada produk, padahal belajar adalah sebuah proses. Pengetahuan merupakan hasil berpikir bukan proses berfikir, sehingga diperbaiki menjadi mengingat yang menunjukkan proses paling rendah. Sedangkan menciptakan merupakan proses berfikir tingkat paling tinggi. Ini sangat logis, karena orang baru bisa mencipta bila telah mampu menilai adanya kelebihan dan kekurangan pada sesuatu dari berbagai pertimbangan dan pemikiran kritis.
Kunci perubahan ini terutama terkait dengan terminologi. Menurut Anderson dan Krathwohl istilah knowledge, comprehension, application dan selanjutnya tidak menggambarkan penerapan hasil belajar. Oleh karena itu mengusulkan penggunaan terminologi berbentuk gerund yaitu remembering (ingatan), understanding (pemahaman) , applying (penerapan), analysis (analisis), evaluation (penilaian) dan creation (penciptaan) dan seterusnya. Terminologi ini lebih menggambarkan kompetensi secara spesifik. Istilah knowledge mewakili kata benda umum yaitu pengetahuan. Berbeda dengan remembering yang bermakna ingatan; kata ini memiliki arti sebuah kemampuan sebagai hasil dari proses belajar dengan kegiatan membaca, mendengar, melakukan dan sejenisnya.
Dalam skema terlihat perbedaan istilah dan jenis Selain itu ada revisi susunan tingkat kompetensi dan menambahkan satu istilah untuk kompetensi kognitif tertinggi yaitu creation. Anderson dan Krathwohl berasumsi bahwa kemampuan mensintesis merupakan kompetensi tertinggi karena merupakan  akumulasi dari kelima kompetensi lainnya. Dengan alasan itu mereka memindahkan kompetensi tersebut di puncak piramida domain kognitif tapi mengubah istilah menjadi creation (penciptaan). 


BAB III
PENUTUP

Simpulan
Taksonomi pendidikan, dapat kita tarik sebuah pengertian bahwa taksonomi merupakan pengklafikasian berdasarkan tingkatan-tingkatan tertentu. Lebih khusus lagi dalam dunia pendidikan, taksonomi adalah pengklasifikasian terhadap tingkat kemampuan peserta didik dalam mencapai tujuan belajar mengajar baik ditinjau dari aspek kognitif, afektif, dan juga psikomotor.
Jadi, kedudukan dan fungsi utama taksonomi adalah bahwa taksonomi pendidikan digunakan sebagai acuan untuk menganalisis tujuan pembelajaran, kesesuaian bahan ajar dengan tujuan yang ingin dicapai, kesesuaian tujuan dengan evaluasi, dan kesesuaian bahan ajar dengan evaluasi. Sehingga berdasarkan taksonomi itu nantinya memberikan rambu-rambu yang jelas ketika menetapkan kata kerja dalam rumusan indikator pencapai hasil belajar yang nantinya akan dijadikan landasan oleh guru/pendidik dalam menyusun inetrumen evaluasi hasil balajar.
Taksonomi Bloom merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan, yaitu:
1.      Cognitive Domain (Ranah Kognitif).
2.      Affective Domain (Ranah Afektif).
3.      Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor).

Perbedaaan Taksonomi Bloom dan Anderson
Taksonomi Bloom
Perbaikan Taksonomi Bloom
Pengetahuan
Mengingat
Pemahaman
Memahami
Penerapan
Menerapkan
Analisis
Menganalisis
Sintesis
Menilai
Penilaian
Menciptakan

Dalam skema terlihat perbedaan istilah dan jenis Selain itu ada revisi susunan tingkat kompetensi dan menambahkan satu istilah untuk kompetensi kognitif tertinggi yaitu creation. Anderson dan Krathwohl berasumsi bahwa kemampuan mensintesis merupakan kompetensi tertinggi karena merupakan  akumulasi dari kelima kompetensi lainnya. Dengan alasan itu mereka memindahkan kompetensi tersebut di puncak piramida domain kognitif tapi mengubah istilah menjadi creation (penciptaan).




[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi. Diakses tanggal 25 Maret 2016
[2] Arief S. Sadiman. 2003. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta.
[3] Bloom, B. S. (1969). Taxonomy of educational objectives: The classification of educational goals : Handbook I, Cognitive domain. New York: McKay
[4] Arikunto. “Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan”. Jakarta: 2008. Bumi Aksara. Hal. 117

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »