Final Test
MODEL PEMBELAJARAN PAI
Pengasuh:
Dr. Hj. Salamah, M.Pd
Nama : Muhammad Hafizh Anshari
Nim : 1502521487
1.
Pernyataan
tersebut menurut penulis adalah tentang
pentingnya pembelajaran PAI bagi peserta didik, karena pada hakikatnya
pembelajaran PAI itu menghendaki terjadinya perkembangan dan kemajuan manusia
pada umumnya, yang mampu menjadikan semua peserta didik menjadi warga negara yang cerdas,
jujur, kompeten, berakhlak mulia serta memiliki iman dan takwa.
2.
Model pembelajaran menurut para ahli:
a.
model desain bentuknya seperti rpp,
silabus dll, PPSI (kurikulum yang berorintasi pada materi) (pengembangan dan
pelayanan sistem intruksional) model pemprosesan informasi, misalnya oalah kognitif
dan termasuk kuntruktifis.
b.
model proses , adalah kegiatan
pembelajaran dll, interaksi sosial(tatap muka, teori respondesi sosial,
kooperatif(kerjasama dengan individu yg lainnya.
Rumpun model pembelajaran:
1.
Interaksi sosial:
a.
Penentuan Kelompok (Herbert Telen
& John Dewey): perkembangan keterampilan untuk partisipasi dalam proses sosial
demokratis melalui penekanan yang dikombinasikan pada keterampilan-keterampilan
antar pribadi (kelompok) dan keterampilan-keterampilan penentuan akademik.
b.
Inkuiri sosial (Byron Massialas
& Benjamin Cox): pemecahan masalah sosial, terutama melalui penemuan sosial
dan penalaran logis.
c.
Metode laboratori (Bethel Maine):
perkembangan keterampilan antar pribadi dan kelompok melalui kesadaran dan
keluwesan pribadi.
d.
Jurisprudensial (Donald Oliver &
James P. Shaver): dirancang terutama untuk mengajarkan kerangka acuan
yurisprudensial sebagai cara berpikir dan penyelesaian isu-isu sosial.
2.
Pemrosesan Informasi
a.
Model Berpikir Induktif (Hilda
Taba): dirancang untuk pengembangan proses mental induktif dan penalaran
akademik/pembentukan teori.
b.
Model Latihan Inkuiri (Richard
Suchman): pemecahan masalah social, terutama melalui penemuan sosial dan
penalaran logis.
c.
Inkuiri Ilmiah (Joseph. J. Cshwab):
dirancang untuk mengajar system penelitian dari suatu disiplin, tetapi juga
diharapkan untuk mempunyai efek dalam kawasan-kawasan lain.
d.
Penemuan Konsep (Jerome Bruner):
dirancang terutama untuk mengembangkan penalaran induktif, juga untuk
perkembangan dan analisis konsep.
3.
Personal
a.
Pengajaran Non-Direktif (Carl
Rogers): penekanan pada pembentukan kemampuan untuk perkembangan pribadi dalam
arti kesadaran diri, pemahaman diri, kemandirian, dan konsep diri.
b.
Latihan Kesadaran (Firtz Perls
Willian Schultz): meningkatkan kemampuan seseorang untuk eksplorasi diri dan
kesadaran diri.
c.
Sinektik (William Gordon):
perkembangan pribadi dalam kreativitas dan pemecahan masalah kreatif.
d.
Sistem-sistem Konseptual (David
Hunt): dirancang untuk meningkatkan kekompleksan dan keluwesan pribadi.
4.
Modifikasi Tingkah Laku
a.
Manajemen kontingensi (B.F.
Skinner): fakta-fakta, konsep, keterampilan.
b.
Kontrol Diri (B.F. Skinner):
perilaku/keterampilan sosial.
c.
Relaksasi (santai) (Rimm &
Masters Wolpe): tujuan-tujuan pribadi (mengurangi ketegangan dan kecemasan).
d.
Pengurangan Ketegangan (Rimm &
Masters Wolpe): Mengalihkan kesantaian kepada kecemasan dalam situasi sosial.[1]
3.
Landasan Filosofis, Psikologis, Sosiologis
Ø Landasan filosofis
Secara filosofis, bahwa manusia
adalah makhluk berpikir yaitu dapat mengetahui, memahami, menggunakan,
menganalisis, mensintesa dan mengevaluasi.Selain itu, manusia juga makhluk yang
dapat menerima menyimpan, mengolah berbagai informasi dan memproduksinya
kembali. Bahkan manusia itu mampu melahirkan gagasan dan pemikiran yang baru
dengan cara memancing gagasan dan pemikirannya itu melalui pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan.[2]
Contohnya: munculnya teori-teori
belajar yang baru dan mode pembelajaran yang baru. Seperti model pembelajaran
yang berpusat pada siswa, Itu menandakan para siswa tidak hanya selalu
bergantung pada peran guru dalam proses pembelajaran, bahkan para siswa juga
bisa belajar dari buku, jurnal ilmiah, internet dan sebagainya. Sehingga
menandakan perkembangan pola pikir manusia yang semakin maju.
Ø Landasan Psikologis
Secara psikologis, adanya berbagai
potensi psikologis ini memungkinkan manusia untuk didorong belajar secara
mandiri.Selain itu, adanya potensi psikologis ini, mengharuskan adanya
pendidikan yang dapat membina manusia seutuhnya.Yaitu, manusia yang bukan hanya
kognitifnya saja yang dibina, melainkan juga afektif dan psikomotoriknya, atau
seluruh kecakapan yang dimilikinya.
Contohnya: harus ada diselenggarakan
atau dibangun sekolah-sekolah kejuruan dan sebagainya. Dari keadaan tersebut
mengharuskan adanya pendidikan yang holistik.Serta pemilihan model pembelajaran
yang relevan dengan kondisi jiwa si anak didik.
Ø Landasan Sosiologis
Secara sosiologis, masyarakat saat
ini semakin menuntut sebuah perlakuan dan pelayanan dalam segala bidang,
termasuk bidang pendidikan yang makin adil, demokratis, transparan, cepat,
tepat, dan menyenangkan.Selain itu, secara sosiologis manusia adalah makhluk
yang membutuhkan interaksi dan sosialisasi dengan manusia lainnya dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidupnya.Sehingga berimplikasi terhadap pengembangan teori
belajar dan mode pembelajaran.[3]
Contohnya: dalam proses belajar tersebut tidak hanya didapatkan dari kalangan
mampu saja, melainkan dalam proses belajar tersebut dari kalangan kurang mampu
pun juga bisa. Dalam artian pendidikan dan cara belajar yang sama.
4.
Menurut saya model pembelajaran yang tepat dalam mengembangkan pembelajaran
PAI di Madrasah ialah Model Behavior, karena
model ini merupakan suatu
model penanaman nilai kepada peserta didik yang diharapkan dapat berperilaku
sesuai dengan pandangan agama islam.
5.
Perbedaan dan Persamaan Model Kooperatif, Integrated, Berbasis Masalah dan
Inquiri
Ø Perbedaan Model Kooperatif, Integrated, Berbasis Masalah, dan Inquiri:
a.
Model kooperatif adalah pembelajaran
yang lebih menekankan kerjasama di antara peserta didik di kelas.
b.
Model integrated adalah system
pembelajaran yang berpusat pada anak, proses pembelajaran mengutamakan
pemberian pengalaman langsung, serta pemisahan antar bidang studi yang tidak
terlihat jelas.
c.
Model berbasis masalah adalah
pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah yang melibatkan
peserta didik dalam proses pembelajaran yang aktif, kolaboratif, berpusat pada
peserta didik, yang mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan
belajar mandiri .
d.
Model Inquiry adalah satu model
pembelajaran yang dikemas sedemikian rupa agar peserta didik mampu menemukan
pengetahuan atau konsep-konsep yang ada dalam mata pelajaran tertentu secara
mandiri melalui berbagai fenomena yang dipelajari.
Ø Adapun persamaaan model
kooperatif, integrated, berbasis masalah, dan inquiri adalah sama-sama
berpusat pada siswa (student-centered approaches).
6. Menurut saya Model
desain pembelajaran yang tepat untuk mata pelajaran PAI di sekolah di antaranya
adalah Model Pembelajaran Kontekstual (CTL), Model pembelajaran Kooperatif,
Model Pembelajaran Inquiri, Model Pembelajaran PAKEMI, Pemodelan, Model
Pembelajaran Afektif.
7.
Kriteria
penetapan isi pembelajaran di antaranya meliputi:
·
Memiliki pendekatan pembelajaran.
·
Memiliki strategi pembelajaran.
·
Memiliki metode pembelajaran.
·
Memiliki teknik pembelajaran.
·
Memiliki taktik pembelajaran.
·
Memiliki model pembelajaran.
Menurut saya yang harus dikembangkan adalah
Akhlak dan Aqidah, karena itu menjadi sebagai
landasan keberagamaan siswa dalam meningkatkan iman, takwa, mengembangkan
konsep keterpaduan antara ketercapaian kemampuan yang bersifat kognitif,
afektif, maupun psikomotorik. PAI bukan hanya bersifat hafalan, melainkan juga praktik dan
amalan, harus mampu mengajarkan agama sebagai landasan dasar dan inspirasi
siswa untuk mengembangkan bidang keilmuan dari semua matapelajaran dan bahkan
kajian yang diajarkan sekolah, PAI harus dapat menjadi landasan moral dan etika
sosial dalam kehidupan sehari-hari siswa.
8.
Desain
pembelajaran yang bagus untuk PAI di madrasah dan di sekolah adalah desain
pembelajaran berbasis karakter. Karena di dalam desain pembelajaran PAI
dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
pembelajaran. Membuat perencanaan pembelajaran (merancang kegiatan pembelajaran
dan penilaian dalam silabus, RPP, dan bahan ajar), melaksankan proses
pembelajaran, dan evaluasi.
Berdasarkan teori pendidikan karakter menurut Thomas Lickona (1991)
adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi
pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah
laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja
keras, dan sebagainya.[4]
Dalam perpektif
agama islam, lingkup pendidikan karakter dilakukan dengan melibatkan tiga
potensi dasar yang dimiliki oleh manusia, yaitu’aqal, qalbu, dan nafs. Serta
ada beberapa ayat Al-Qur’an yang berhubungan dengan pendidikan akhlak.
9. Fiqih ketika membahas tentang taharah, maka
menggunakan model desain pembelajaran CTL, yang mengajarkan tentang praktek
wudhu dan mandi. Selanjutnya para murid diajak untuk
selalu berpola hidup sehat dan bersih. Serta menjelaskan manfaat dan hikmah
menjaga kebersihan dan kesehatan.
Sejarah biasanya yang sering digunakan yaitu model pembelajaran
kooperatif. Sebagai contoh untuk mempelajari sejarah Nabi Muhammad SAW. Peserta
didik melakukan diskusi kelompok dengan tema-tema diskusi yang telah
ditentukan, sehingga dalam waktu singkat bisa diperoleh informasi yang lebih
komprehensif tentang sejarah Nabi Muhammad SAW. Sehingga mengajarkan kepada
murid tentang karakter-karakter mulia yang ada pada diri Rasul seperti
kejujuran, kesabaran, kepedulian, dan ketangguhan.
Al-Qur’an Hadits menggunakan pembelajaran model PAKEM. Sebagai contoh ketika
membelajarkan Al-Qur’an, peserta didik dikondisikan untuk belajar langsung
melafalkan ayat-ayat Al-Qur’an yang dibantu dengan media yang mendukung seperti
media computer, LCD, Caption, dll. Yang utamanya pembelajaran tersebut harus
menyenangkan peserta didik dan harus efektif
Aqidah Akhlak biasanya model desain pembelajaran yang
dipakai adalah CTL, contohnya materi pelajaran berupa Iman kepada kitab-kitab
Allah, yang mana para peserta didik diajak berdiskusi tentang Al-Qur’an dan
dimotivasi agar bisa membaca, memebaca, memahami, dan mengamalkan isi kandungan
Al-Qur’an sedikit demi sedikit. Inquiri contoh materi iman kepada hari kiamat,
yang mana para siswa di didik agar mampu menemukan konsep-konsep yang ada
secara mandiri melalui berbagai fenomena yang dipelajari seperti terjadinya
kiamat kecil. Pembelajaran akhlak biasanya model desain pemodelan, yang mana
guru bisa menunjukan beberapa model dar tokoh-tokoh berkarakter yang berhasil
dalam hidupnya, seperti meneladani sifat Nabi Muhammad SAW.
Pada dasarnya
dari materi PAI yang mencakup aspek kajian Aqidah Akhlak, Fiqih, Qur’an Hadits,
dan Sejarah Islam. Itu bisa menyesuaikan dengan desain model pembelajaran yang
ada dan yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan.[5]
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan,
Heri, PENDIDIKAN KARAKTER Konsep dan Implementasi, Bandung: Alfabeta,
2014.
Hidayat,
Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berorientasi Pengembangan Karakter
Bangsa, Jurnal el-Hikmah Fakultas Tarbiyah UIN Malang, 2013.
Jurnal
Tarbiyah Vol. 1, No. 1, Abuddin Nata &
Ahmad Sofyan, Pengembangan Desain Model Pembelajaran PAI Berbasis Karakter
Mulia Yang Holistik, Humanis, Emansipatoris, dan Efektif, Juni 2014.
Rorty,
Amelie Oksenberg, (ed.), Philosopehers on Education New Historical
Perspectives, London and New York: Routledge, 1988.
Rusman,
MODEL-MODEL PEMBELAJARAN Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2011.
[1]Rusman, MODEL-MODEL
PEMBELAJARAN Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2011), hal. 138-144
[2]Amelie
Oksenberg Rorty, (ed.), Philosopehers on Education New Historical
Perspectives, (London and New York: Routledge, 1988), Hal. 10
[3]Jurnal Tarbiyah
Vol. 1, No. 1, Abuddin Nata & Ahmad Sofyan, Pengembangan Desain Model
Pembelajaran PAI Berbasis Karakter Mulia Yang Holistik, Humanis, Emansipatoris,
dan Efektif, Juni 2014.
[4]
Heri Gunawan, PENDIDIKAN KARAKTER Konsep dan Implementasi, (Bandung:
Alfabeta, 2014), h. 309-311, cet. 3.
[5]Hidayat, Model
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berorientasi Pengembangan Karakter Bangsa,
Jurnal el-Hikmah Fakultas Tarbiyah UIN Malang, 2013.